Cinta Dunia Takut Mati
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى
عَلَيْكُمْ الْأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا
قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ قَالَ
أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنْ تَكُونُونَ غُثَاءً كَغُثَاءِ السَّيْلِ
يَنْتَزِعُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمْ
الْوَهْنَ قَالَ قُلْنَا وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ
الْمَوْتِ
Akan datang suatu zaman umat lain
memperebutkan kamu sekalian seperti memperebutkan makanan dalam hidangan.
Sahabat bertanya “Apakah kami jumlahnya sedikit pada saat itu”. Jawab
Rasulullah; Bukan bahkan sesungguhnya jumlah kamu banyak tetapi kualitas kamu
ibarat buih yang terapung di atas air dan di dalam hatimu dijadikan kelemahan
jiwa. Sahabat bertanya “apa yang dimaksud kelemahan jiwa? Rasulullah menjawab,
yaitu cinta dunia dan membeci kematian”.
Sungguh tepat isyarat yang digambarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya di atas bahwa pada akhir zaman nanti umat Islam akan mengalami disintergrasi, penurunan kualitas iman, ibadah-ibadah yang dilaksankan hanya melepaskan beban kewajiban dan kegiatan rutinitas ritual tidak di sadari sebagai sebuah kebutuhan sehingga yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari tidak lebih dengan orang yang tidak beriman. Sehingga mereka mudah diombang-ambingkan oleh kegemerlapan dunia yang serba menggiurkan. Ibarat buih yang terapung di atas air akan terhempas kemana-mana.
Dunia ini sebenarnya jika kita telususri
dari segi pengertian bahasanya yang terambil dari kata danâ, yang artinya
adalah dekat, sebentar. Dari makna ini bisa dipahami bahwa dunia ini adalah
suatu tempat yang dekat lagi sebentar. Hal ini dapat dirasakan ketika kita
memakan makanan, yang merasakan lezat dan pahitnya adalah hanya sampai pada
tenggorokan saat sampai diperut, tidak bisa dibedakan rasanya mana makanan yang
lezat dan makanan yang tidak lezat. Itulah gambaran kehidupan
dunia.
Sidang
Jum’at yang dimuliakan Allah.
Salah satu penyebab kehilapan manusia
adalah karena kecintaan terhap dunia. Orang yang sangat mencintai dunia segala
pikiran dan pandangannya selalu diukur oleh perhitungan dunia, bahkan
kadang-kadang ada di antara umat Islam melaksanakan urusan akhirat bukan
sebenarnya tujuan akhirat akan tetapi hanya sebagai pengelabuan kepada orang
lain untuk mencapai cita-cita dunia.
Bangsa kita yang nota bene umat yang
terbanyak adalah umat Islam, yang tentu saja agama kita sangat mengharapkan
prilaku umatnya berjalan sesuai dengan aturan agamanya. tetapi sebuah
pertanyaan, adalah mengapa persoalan bangsa kita belum terselesaikan atau
paling tidak ada titik terang menuju suatu perubahan prilaku. Bahkan tampaknya
masih memprihatinkan prilaku sebagian masyarakat kita, baik masyarakat maupun
masyarakat pemegang kekuasaan yang sangat diharapkan bisa menegakkan aturan
tetapi justru seakan-akan mengambil satu prinsip “mumpung”. Inilah budaya yang
menggerogoti kehidupan bangsa kita, mumpun ada kesempatan, kapan lagi
dimanfaatkan kedudukan itu kalau bukan sekarang. Pada hal jabatan itu
sebenarnya hanya sebagai sebuah amanat bukan sebuah tujuan dan nantinya
diakhirat akan dipertanyakan oleh Allah :
كلكم
راع وكلكم مسؤول عن رعيته
Mempertahankan kebenaran di negara kita
adalah sesuatu yang sangat langkah lagi mahal. Ada orang yang mau berjuang akan
tetapi selalu diukur dengan materi, kalau tidak menguntungkan bagi dirinya
lebih baik bungkam atau diam daripada kedudukannya digeser.
Memang dunia ini manis rasanya dan enak
dipandang, maka manusia tertarik dengannya. Betapa banyak manusia
yang hanya memburu dunia setiap saat tidak mengenal waktu, siang dan malam,
panas dan dingin. Bahkan terbawa dalam mimpi. Pada hal apa yang diburunya
itu belum tentu menjamin dirinya untuk dapat mendapat ketenangan. Karena betapa
banyak orang yang punya harta yang melimpah, punya segala macam pasilitas
dunia, punya mobil mewah, rumah mewah, apa saja yang dia mau makan semua bisa
dibelinya, tetapi justru hidupnya tidak tenang tidak bisa dinikmati.
Mobil mewahnya ada tapi tidak bisa dipakainya karena punya penyakit tidak bisa
naik kendaraan, makanannya apa saja yang diinginkan tetapi itu semua tidak bisa
dimakannya kecuali hanya sesendok nasi yang tak berlauk.
Sidang
Jum’at yang berbahagia!
Agama Islam bukan berarti melarang kita
untuk mencarinya, agama kita tetap memberikan peluang seluas-luasanya bagi umat
manusia untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya. Tidak melarang untuk kaya. Akan
tetapi cara mendapatkannya dan memanfaatkannya sesuai dengan ajaran agama Islam
dan tidak menjadi segala-galanya. Demikian pula jangan meninggalkan dunia
karena hanya terpokus kepada ibadah kepada Allah. Agama kita mensinyalir bahwa
dunia adalah sarana untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang lebih baik. Dunia
ini dengan segala fasilitasnya kita yang seharusnya mengendalikan bukan dia
yang mengatur kita. Harta yang kita miliki janganlah ia yang mengatur dan
memperbudak kita, karena mobil kita yang bagus setiap hari dilap dan
dicuci, sementara diri kita, hati kita tidak pernah dibersihkan melalui dengan
zikir-zikir atau beribadah kepada Allah, kalaupun dilakukan hanya dengan sangat
terpaksa atau merasa malu dengan sesamanya. Padahal semestinya rasa malu itu
jauh lebih didahulukan kepada Allah daripada manusia. Karena seseorang yang
malu kepada Allah pasti juga malu terhadap manusia tidak sebaliknya. Jadi harta
itu kita yang mengaturnya dan memanfaatkannya bukan kita yang dimanfaatkan.
Jika umat Islam sudah menomorsatukan dunia
di atas segala-galanya, enggan menyuarakan kebenaran dan melarang kemungkaran
maka Allah akan mencabut kebesaran Islam dari permukaan bumi ini dan mencabut
keberkahan wahyu.
Ketika umat Islam sangat mencintai dunia
dengan sendirinya pasti muncul sifat kedua yaitu takut akan mati. Pertanyaan
yang muncul adalah mengapa mereka takut mati? Padahal semua yang namanya
makhluk pasti akan mati sekalipun bersembunyi di balik batu besar dan benteng
yang tertutup rapat-rapat.
أَيْنَمَا
تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Orang takut mati mungkin karena takut
meninggalkan hartanya atau mungkin belum ada persiapan dalam menghadapi
kematian.
Takut mati
termasuk salah satu di antara penyakit umat manusia dalam perjuangannya. Sebab
dalam perjuangannya selalu diliputi oleh rasa kekhawatiran akan terkena resiko.
Akibatnya mau berjuang asal tidak ada resiko yang menimpa, asal dirinya
selamat, dan untuk menyelamatkan diri maka dalam memperjuangkan Islam kadang
memutar balikkan fakta. yang hak dinyatakan batil, yang batil dinyatakan hak.
Orang kecil bersalah ditetapkan hukuman yang berat, sementara yang besar yang
bersalah dinyatakan benar atau bebas dari jeratan hukum. Hukum ibarat pisau hanya
sebelah yang bisa mengiris benda. Padahal di dalam ajaran agama kita bahwa
semua orang sama didepan hukum. Hal ini kita dapat menyaksikan di
tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara di bumi Indonesia yang kita
cintai, dimana keadilan yang merupakan suatu ajaran asasi dalam agama Islam
bahkan semua agama adalah sesuatu hal yang sangat mahal, nyaris barang
yang namanya keadilan hampir menghilang dipersada Indonesia. Padahal kita harus
sadari dan membuka mata lebar-lebar serta mengambil ibrah beberapa peristiwa
yang terjadi, baik peristiwa alam (tsunami yang terjadi di Aceh dan sebagian
daerah sumatera utara di susul lagi gempa bumi) maupun kejadian non-alam
(pengeboman, penyakit busng lapar, dsb) itu semua adalah peringatan bagi kita
semua dari Allah. Banyak lagi contoh lain yang terhampar di depan mata kita.
Oleh karenanya, marilah kita semua
mengintrospeksi diri, khususnya bagi para pemimpin bangsa ini, mulai dari
tingkat yang paling atas sampai kepada tingkat serta semua masyarakat Indonesia
untuk bersama-sama menata kembali bangsa kita ini dengan baik. Para pemimpin
jalankanlah tugas kepemimpinannya yang berpihak kepada rakyat bukan berpihak
kepada kekuasaan, demikian pula rakyat mendengar dan mentaati aturan-aturan
yang ada. Kalau semua berjalan dengan baik maka janji Allah akan kita
dapatinya, yaitu berupa keberkahan dari bumi dan langit. sebagimana
firman-Nya
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ
مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ.
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.
بارك
الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم بما فيه من ألآية والذكر الحكيم
وتقبل منى ومنكم إنه هو السميع البصير.
0 komentar:
Posting Komentar