Khutbah Jumat Tentang
“Arti Rizki Berkah”
JAMAAH JUMAT
YANG DIMULYAKAN ALLAH..
Marilah kita
senantiasa bersama berusaha untuk menigkatkan Ketakwaan dan keimanan kita
kepada Allah, dan berusaha menjahui segala larangan-larangan Allah, agar kita selamat
dari siksa api neraka.
JAMAAH JUMAT
YANG DIMULYAKAN ALLAH..
Fenomena sosial yang satu ini sangat penting untuk dijelaskan
di mimbar jumat, sebab banyak yang sudah tak peduli lagi dengan asal muasal dan
cara apa yang akan dipakai untuk mengais rizkis seolah-olah cara halal dan
haram tak terbedakan dengan jelas.
Allah telah berbaik 'hati' kepada kita, memberikan rizki yang tiada henti, Allah maha
kaya, kekayaannya telah terbukti, tidak habis meski telah dibagi bagi kepada
seluruh makhluknya sejak terciptanya alam ini. Karena itu, tidak ada alasan
bagi seorang hamba Allah meminta rizki selain kepada-Nya.
Menuru ibnu Mandzur...
Rizki ada yang
bersifat Dhahir dan ada yang bersifat bathin, yang
bersifat dhahir misalnya berupa, sandang, pangan dan papan,
sedangkan rizki bathin misalnya, hilangnya kesedihan, sehat jasamiani ruhani
dll.
Sering kita dengar hadits Nabi SAW,yang
memberikan informasi bahwa
Porsi/ Jumlah rizki manusia telah ditulis oleh Allah sejak
dalam kandungan
berusia 120 hari. Untuk kelangsungan hidup manusia di dunia Allah
melebihkan rizki antara hamba yang
satu dengan yang lainnya,
Terkadang kita menginginkan berlebih
namun Allah tidak menghendaki atau juga sebaliknya. Orang lain tidak menyangka
berharta lebih meski tidak diganrungi sejak masa kecilnya, Pendek kata Rizki
adalah kuasa Allah ta'ala tidak bisa dipaksa-paksa, Allah berfirman:
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian
yang lain dalam hal rezki.” (QS. An Nahl: 71)
Hadirin
sidang Jum’at Rahimakumullah...
Yang tahu jumlah Rizki
yang diberikan kepada hambanya, hanya Allah ta'ala, semua rahasia itu erat
dalam genggaman-Nya, manusia tidak tahu rizki apa yang akan diperoleh esok, dan
manusia juga tidak tahu dengan cara apa Allah memberikannya.
Pendek kata,
bahwa rizki itu penuh dengan misteri.
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا...
" Dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (QS. Lukman :
34).
Karena tidak tahu itulah, supaya
hambanya tidak bermalas malasan, dan ketika ada ketidak sesuaian
menurut perhitungannya supaya manusia
tidak terlalu kecewa, ketika ada ketidak sesuaian dengan keinginan supaya
manusia mudah berserah diri dan tawakkal kepada Allah.
Dalam perjalan penjemputan rizki manusia dihadapkan
pada dua pilihan, ada cara yang halal namun lambat, ada cara singkat dengan
menghasilkan rizki yang cepat, tidak sedikit manusia terjebak dalam pilihannya,
sampai terjerumus ke dalam lembah nista, dengan cara mencuri atau korupsi,
dengan cara manipulasi atau melalui cara jalan pintas. Mencari rizki sebagai
sarana ibadah hukumnya adalah pahala , tetapi dengan cara haram, mencari rizki
berharap mendapat rahmat, namun berbalik mendapat laknat, na'udzubillah mindzaalik....
Rizki disediakan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan
hambanya, supaya hamba tersebut tenang dalam beribadah kepada-Nya. Karena itu mencarinya adalah
ibadah yang mulia. Maka jangan sampai mencari rizki terjebak kepada rizki yang haram,
baik haram secara dzatnya, maupun haram sebab memperolehnya.
Tidak sedikit orang orang yang salah
pilih jalan untuk memperolehnya, sehingga yang asalnya mencari rizki untuk
ibadah,berubah menjadi
Misalnya
: Ibarat
orang minum, rizki itu sebagai gelasnya, minumlah dengan gelas yang bersih
supaya badan bisa sehat, jangan coba coba minum dengan gelas kotor kalau ingin
hidup sehat.
Hadirin sidang Jum’at Rahimakumullah...
Jalani kehidupan ini dengan rizki halal
dan berkah kalau ingin hidup berbahagia di dunia, sungguh harta yang tidak
berkah itu banyak kelihatannya, besar dalam jumlahnya tetapi hakikatnya sedikit
sekali manfaatnya, dan tidak punya pengaruh baik untuk mencapai kedamaian dalam
hatinya. Karena Rizki yang berkah itu sangatlah penting
Rizki yang berkah
adalah, rizki yang mempunyai efek kebaikan berlipat
ganda di setiap kehidupannya,
pengertian berkah tidak selalu identik dengan jumlah
materi yang dimiliki, tetapi berkah juga menyertai harta yang sedikit tetapi merasa berkecukupan memenuhi kebutuhan
keluarganya, meskipun inkam yang didapatkan masih jauh dari cukup, namun tak
jarang kita lihat kebahagiaan selalu menyelimutinya. Seperti yang disindir di
dalam Hadits Hakim bin Hizam Radhiyallahu
'anhu di bawah ini, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya :
يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
"Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini
begitu hijau lagi manis.
Maka barangsiapa yang
mengambilnya dengan kesederhanaan jiwa, niscaya akan diberkahi.
Dan barangsiapa mengambilnya dengan kemuliaan
jiwa, niscaya tidak diberkahi; layaknya orang yang makan, namun tidak pernah
merasa kenyang".( HR al Bukhari, kitab az Zakat)
Hadirin
yang dimulyakan Allah…
Saat ini, banyak orang yang tidak peduli
lagi dengan halal – haramnya pekerjaan, karena kekhawatiran yang menggelayuti
hatinya, khawatir dengan masa depannya, kalau-kalau tidak mengumpulkan harta
sebanyak banyaknya diwaktu usia produktifnya, ia akan kekuarangan dimasa tua,
sehingga tidak terkontrol, jalan apa saja ia tempuh tak peduli halal atau
haram.
َ يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنْ الْحَرَامِ
"Akan datang suatu masa pada manusia,
seseorang tidak peduli terhadap apa yang digenggamnya, apakah dari halal atau
dari yang haram" (HR al Bukhari, kitab al Buyu’, bab Man Lam Yubali
min Haitsu Kasaba al Mal (4/296)
Manusia hanya bertugas sebagai hamba yang berusaha dan
Allah-lah penentunya. Jangan khawatir bahwa rizki kita akan terambil oleh orang
lain, karena Allah sudah memberikan porsi tersendiri kepada hamba-hambanya.
Antara yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Sungguh seseorang tidak akan
meninggal dunia sampai jatah porsi rizki yang ditentukan oleh Allah telah habis
dimakannya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ
"Wahai manusia, bertakwalah
engkau kepada Allah, pakailah cara baik dalam mencari (rizki). Sesungguhnya
seseorang tidak akan meninggal sampai ia sudah meraih seluruh (bagian)
rizkinya, meskipun tertunda darinya. Bertakwalah kepada Allah dan lakukan cara
yang baik dalam mencari (rizki)" (HR Ibnu Majah)
Hadirin
yang dimuliakan Allah...
Hidup ini adalah pilihan, ada pilihan baik ada pilihan
buruk, termasuk dalam aktifitas mengais rizki. Dalam mencari rizkinya Allah,
carilah yang halal dan berkah. Berkah (atau barokah),
Al Hafizh Ibnu Hajar
rahimahullah menjelaskan, bahwa mayoritas manusia
tidak memahami keberadaan berkah, kecuali pada harta yang semakin bertambah
banyak. Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan dengan
perumpamaan yang
sudah akrab dengan manusia. Yakni layaknya orang makan
tetapi tidak pernah kenyang ( Fat-hul Bari : 3/337)
Dari sini kita bisa mengetahui, bahwa
cara-cara yang legal dalam mengais rizki, tidak hanya mendatangkan rizki yang
halal lagi baik, tetapi juga akan berpengaruh pada lahirnya insan-insan masa
depan, yaitu anak-anak kita yang berjiwa suci lagi berkepribadian luhur,
lantaran mendapatkan asupan gizi dari makanan halal. Selain itu, juga dapat
menghadirkan karunia lain, yang tidak bisa terpantau oleh indera ataupun
dihitung dengan materi. Itulah berkah.
Hadirin
yang dimulyakan Allah..
Riwayat lain mengatakan barang siapa yang mengambilnya
dengan keserakahan jiwa, niscaya tidak akan diberkahi, layaknya orang yang
makan namun tidak pernah merasa kenyang” (Riwayat Al Bukhari).
Hadits ini memberikan pengertian yang mendalam, bahwa
rizki yang tidak berkah, hanya besar dalam jumlahnya tetapi sedikit sekali
manfaat untuk kehidupannya.
Mudah mudahan kita tidak terjebak kepada pilihan yang
haram, haram secara DzatNya maupun
haram sebab mencarinya... amin ya rabbal
alamin…
0 komentar:
Posting Komentar