MENGGAPAI KEBERKAHAN HIDUP
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اعوذبالله من الشيطان الر جيم
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ
خَلَقَكُمْ
مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ
إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا
اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيْمًا.
Hadirin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan
Allah
Dari mimbar khutbah jumat ini khatib
mengajak kepada diri khatib dan jamaah sekalian untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT. Peningkatan iman yang terus dilakukan dengan
peningkatan amal sholeh. Karena derajat kemuliaan seorang hamba di sisi Allah
hanyalah dinilai dengan ketakwaannya. Allah berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling bertakwa
di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa”.
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan
Allah
Masyarakat yang berkah adalah masyarakat
yang jauh dari dosa-dosa dan maksiat. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan
dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh
dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan
bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan.
Keberkahan suatu masyarakat itu
mempunyai syarat khusus yang telah dipatok oleh Al-Quran sehingga dengan
mewujudkannya akan terwujudlah masyarakat yang mendapatkan keberkahan,
sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ
وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ .
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”. (Al-A’rof: 96)
Ustadz Sayyid Qutb mengomentari ayat ini
sebagaimana yang ditulisnya dalam tafsir zhilal, beliau mengatakan:
“Berkah-berkah yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan
bertakwa secara tegas dan meyakinkan itu, bermacam-macam jenis dan ragamnya.
Juga tidak diperinci dan tidak ditentukan batas-batanya oleh nash ayat itu.
Isyarat yang diberikan nash Al-Quran itu menggambarkan limpahan yang turun dari
semua tempat, bersumber dari semua lokasi, tanpa batas, tanpa perincian, dan
tanpa penjelasan. Maka ia adalah berkah dengan segala macam warnanya, dengan
segala gambaran dan bentuknya. Keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman
dan bertakwa ialah bahwa keberberkahan itu kadang-kadang menyertai sesuatu yang
jumlahnya sedikit, tetapi memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan
kebaikan, keamanan, kerelaan, dan kelapangan hati. Berapa banyak bangsa yang
kaya dan kuat, tetapi hidup dalam penderitaan, tidak ada rasa aman, penuh
goncangan dan krisis, bahkan menunggu kehancuran.”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah...
Ketika kehidupan berjalan secara
sinergis antara unsur-unsur pendorong dan pengekangnya, dengan bekerja di bumi
sambil memandang ke langit, terbebas dari hawa nafsu, menghambakan diri dan
tunduk kepada Allah. Berjalan dengan baik menuju ke arah yang diredoin oleh
Allah, maka sudah tentu kehidupan model ini akan diliputi dengan keberkahan,
dipenuhi dengan kebaikan dan dinaungi dengan kebahagian.
Berkah yang diperoleh bersama iman dan
takwa adalah berkah yang meliputi segala sesuatu. Berkah yang terdapat di dalam
jiwa, dalam perasaan, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Juga berkah yang
mengembangkan kehidupan dan meninggikan mutunya dalam setiap waktu. Jadi bukan
semata-mata melimpahnya kekayaan namun dibarengi dengan penderitaan,
kesengsaraan, kerusakan bahkan kegersangan jiwa.
Tuntutan keberkahan yang dapat diambil
dari tuntunan ayat di atas adalah: merealisasikan keimanan dalam keseharian,
meningkatkan ketaqwaan dalam setiap amalan. Maka sebaliknya,
hal-hal yang akan menghilangkan keberkahan itu adalah karena mendustakan ajaran
dan ayat-ayat Allah, kemudian terperosoknya seseorang bahkan masyarakat ke
dalam kubangan kemaksiatan.
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam
salah satu bukunya “Al jawaabul Kaafii liman Sa’ala ‘anid Dawaaisy Syaafii”
menyebutkan beberapa bahaya dan pengaruh dosa terhadap kehidupan pribadi dan
masyarakat yang akan membawa pada hilangnya keberkahan. Di antaranya pengaruh
buruk dosa dan kemaksiatan itu adalah:
Pertama: Dosa memperlemah kesadaran akan
keagungan Allah dalam hati.
Seorang yang penuh dengan dosa-dosa
tidak akan lagi bersungguh-sungguh mengagungkan Allah. Kaki akan terasa malas
dan berat berat untuk melangkah ke masjid dan menghadiri pengajian. Badan
terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar melaksanakan shalat subuh. Telinga
tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an, lama kelamaan hati menjadi
keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari pada itu. Maka ia hilanglah
rasa sensitive terhadap suatu dosa, tidak bergetar lagi hatinya ketika
keagungan Allah disebut. Allah berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ
أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا
يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ
مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا
اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ .
“Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih
keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir
sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu
keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur
jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa
yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqoroh: 74)
Kedua: Dosa membuat seseorang tidak
mempunyai rasa malu.
Seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan
tidak merasa berdosa lagi. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan
siapapun. Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan. Rosulullah saw
bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik”. Maksud dari hadist ini adalah: bahwa
semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya
kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat
yang baik pula dan penuh nuansa kemanusiaan.
Ketiga: Dosa menghilangkan keberkahan
dan nikmat serta menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa
diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa. Dalam surat Al
Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا
وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ
وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا
أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ .
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di
antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara
mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada
yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. An-Ankabut: 40)
Dalam ayat yang lain
Allah berfirman:
ألَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ
فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ
مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ
بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا ءَاخَرِينَ .
“Apakah mereka tidak
memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan
sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami
curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir
di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan
kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.” (QS. An-an’am: 6)
Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang
dimuliakan Allah...
Keberkahan yang kita inginkan dari
kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini tidak akan terwujud hanya dengan
teori-teori dan arahan tanpa adanya kesadaran untuk saling mengingatkan dan
keinginan untuk mau mendengarkan dan menerima kebenaran, serta adanya
kepedulian untuk saling menghargai, saling mencintai, saling membantu dan
memenuhi hak dan kewajiban. Oleh sebab itulah Rasulullah berpesan kepada
istri-istrinya untuk memperbanyak kuah masakan untuk dibagikan kepada
tetangga-tetangganya.
Memperbanyak kuah sebagaimana dimaksud
oleh Rasulullah adalah, kepedulian kepada tetangga dan masyarakat dalam arti
luas. Apabila seorang memiliki kelebihan rezeki janganlah ia melupakan tetangga
kiri dan kanan, mungkin di antara mereka ada yang tidak memiliki makanan untuk
hari itu, atau mungkin anaknya sedang sakit namun ia malu meminjam uang untuk
berobat. Bisa pula kepedulian ini dalam bentuk non makanan, misalnya kesehatan
dan biaya pendidikan. Siapakah yang paling memahami kesulitan bersosial
seseorang selain tetangganya?
Pentingnya kepedulian ini sehingga di
akhirat nanti Allah akan mempertanyakannya kepada kita masing-masing tentang
kepedulian kita kepada sesama, Imam Muslim dalam kitab shohihnya meriwayat
hadist Qudsi:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم «
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَا ابْنَ آدَمَ
مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِى. قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ
الْعَالَمِينَ. قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِى فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ
تَعُدْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِى عِنْدَهُ يَا ابْنَ
آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِى. قَالَ يَا رَبِّ وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ
وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ. قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ
عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ
لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِى يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِى.
قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ
اسْتَسْقَاكَ عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تَسْقِهِ أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ
وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِى »
Dari Abu Hurairoh ra,
Rosulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt berfirman pada hari kiamat:
“Wahai anak adam! Aku sakit kenapa engkau tidak menjengukku, ia berkata:”Wahai
Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjengukmu, sedangkan engkau adalah Tuham
semesta alam.” Allah berfirman: “Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di
dunia akan tetapi engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya
sungguh engkau akan dapati Aku di sisinya.” Wahai anak adam, Aku meminta makan
kepadamu, kenapa engkau tidak memberiku?” Orang itu berkata: “Wahai Tuhanku,
bagaimana mungkin aku member-Mu makan, sedangkan engkau adalah Tuhan semesta
alam? Allah berfirman: “Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku yang kelaparan dan
engkau tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya makan, niscaya
engkau dapati Aku di sisinya. Wahai anak adam Aku meminta minum padamu, sedang
engkau enggan memberik-Ku minum.” Ia berkata: “Wahai Tuhanku, bagaimana aku
memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah menjawab:
“Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya, sekiranya engkau
memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya.” (HR. Muslim)
Kaum muslimin jamaah
jumat yang dimuliakan Allah...
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari
khutbah yang singkat ini adalah: bahwa tidak mungkin individu yang kotor, yang
hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Oleh karena itu,
jalan satu-satunya untuk membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh
dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari
kerjasama dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali
bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali meramaikan
masjid, mengajak keluarga, anak-anak untuk menunaikan sholat sebagai kewajiban
kita kepada Allah yang tak boleh dilalaikan apapun kondisinya, membaca dan
memahami Al-Quran, menerapkan pengetahuan tentang islam yang sudah diketahui,
mengendalikan nafsu dari dosa-dosa dan sesuatu yang mendatangkan murka Allah
serta tidak melupakan untuk saling peduli dan saling mengingatkan sesama
saudara dan tetangga.
Semoga Allah menjadikan masyarakat dan
bangsa kita bangsa yang mendapatkan keberkahan, mengumpulkan kita dalam umat
Rosulullah yang terbaik dan terjauhkan dari ketergelinciran ke dalam jurang
kemaksiatan. Amiin ya Rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِيِمْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ.
وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ
جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ
بِخَبَرٍ
اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !!
اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ.
وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى
بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ
آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ
عَلىَ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. في
ِالْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ
اَللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِالرَّاشِدِيْنَ
سَيّدِنَا اَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِاَصْحَابِ
نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ
وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ
مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ
سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَالله اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يذكركم وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ.
وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ